Permainan Daerah di Bengkulu Tengah
KATA PENGANTAR
Bengkulu Tengah adalah sebuah kabupaten di Provinsi Bengkulu yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Selain memiliki keindahan alam yang menakjubkan, Bengkulu Tengah juga kaya akan budaya dan tradisi yang unik. Salah satu aspek penting dari budaya ini adalah permainan tradisional atau permainan daerah yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bengkulu Tengah.
Permainan daerah di Bengkulu Tengah mencakup berbagai jenis permainan, termasuk permainan yang memerlukan keterampilan fisik, permainan yang memerlukan keterampilan mental, dan permainan yang memadukan kedua aspek tersebut. Beberapa contoh permainan daerah yang populer di Bengkulu Tengah antara lain sepak takraw, gasing, egrang, layang-layang, dan masih banyak lagi.
Permainan daerah di Bengkulu Tengah tidak hanya menyediakan hiburan bagi masyarakat, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang penting. Permainan daerah sering dimainkan dalam acara-acara penting seperti upacara adat, pernikahan, atau festival budaya. Dalam konteks ini, permainan daerah memiliki peran penting dalam mempererat hubungan sosial dan memelihara tradisi budaya yang telah diwarisi dari generasi ke generasi.
Bermain permainan daerah di Bengkulu Tengah juga merupakan cara yang baik untuk mempromosikan kebugaran fisik dan kesehatan. Beberapa permainan daerah, seperti sepak takraw, memerlukan kecepatan, kekuatan, dan ketangkasan, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan jasmani. Sementara permainan lainnya, seperti gasing dan layang-layang, memerlukan ketekunan dan konsentrasi mental, yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan sosial.
Dalam kesimpulan, permainan daerah di Bengkulu Tengah adalah warisan budaya yang berharga yang harus dilestarikan dan dijaga agar tidak hilang ditelan zaman. Selain menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, permainan daerah juga memiliki nilai sosial, budaya, dan kesehatan yang signifikan. Oleh karena itu, mari kita terus mempromosikan dan memainkan permainan daerah sebagai bagian dari upaya kita untuk memelihara warisan budaya yang indah ini.
REKOMENDASI PERMAINAN YANG KHAS DI BENGKULU TENGAH
Aco, atau dalam bahasa lndonesianya gawang adalah permainan khas Bengkulu. Alat yang dipakai adalah Ace, yaitu bambu berukuran lebih kurang sepanjang 3 meter. Anggota pemain dibagi menjadi 2 kelompok. Setelah selesai seleksi kelompok, seluruh pemain bersiap-siap.
Dalam permainan ini terdapat area untuk arah penyerbu berlari dan garis samping, yang dapat dimanfaatkan oleh penjaga aco untuk menangkap lawan atau penyerbu.
Terdapat 6 garis Aco yang dijaga. Garis tersebut harus dapat dilewati oleh penyebut tanpa dapat tertangkap.
Ada juga garis empat persegi sebagai garis luar yang dilarang dilewati oleh penyerbu, kalau penyerbu ke luar dari garis tersebut, maka penyerbu dinyatakan busuk, atau sudah mati. Terdapat satu garis di lapangan untuk pihak penyerbu mengambil ancang-ancang untuk menyerang.
Ayam-ayam adalah nama sejenis permainan daerah Provinsi Bengkulu tengah permainan ini dinamakan ayam-ayam karena dalam pelaksanaannya, pemain melakukan tugas menirukan suara seperti kokok ayam jantan. Permainan ini biasanya dilakukan pada malam hari.
Pemainnya tidak kurang 12 dan dijadikan 2 kelompok. Usia pelaku permainan ini sekitar 8 sampai 15 tahun. Permainan ini, pada umumnya dimainkan oleh anak pria. Hal ini, disebabkan waktu melakukan permainan ini dilakukan pada malam hari.
Peralatan yang dipergunakan dalam permainan ayam-ayam ini satu lembar kain sarung biasa. Kain sarung digunakan untuk tempat ayam-ayam bersembunyi, supaya tidak kelihatan oleh kelompok lawan.
Saat permainan mulai dilaksanakan, satu kelompok menjinjing kain sarungnya dengan bentuk dilebarkan ke samping dan pada saat itu salah seorang dari anggota kelompok tersebut siap untuk mengikuti perjalanan. kelompok tersebut terus berjalan sambil menjinjing kain sarungnya menuju batas wilayah dan berhenti lebih kurang satu meter sebelum batas.
Dalam waktu yang bersamaan, kelompok lain melakukan hal yang sama. Anggota pemain yang mengikuti di belakang kelompoknya disebut ayam ayam. Saat kedua kelompok bertemu, kedua ayam-ayam tersebut diam-diam menyelinap di belakang masing-masing kelompoknya.
Selanjutnya, satu memohon kepada kelompok lain supaya ayam-ayam lawannya berkokok. Setelah mendengar kokok ayam tersebut, kelompok tersebut akan menebak siapakah gerangan yang berkokok atau siapakah ayam-ayam tersebut. jika tebakan benar, maka ayam-ayam dari lawan harus ditahan atau ditawan. Sebaliknya andai kata tebakan salah, maka ayam-ayam kembali ke rumahnya atau ke tempat semula.
Bicau adalah salah satu permainan tradisional Bengkulu. Nama lain dari bicau yakni Capicau atau seletak. Permainan bicau dapat dilakukan oleh lelaki dan perempuan atau sejenis saja, dengan batas usia antara 7 tahun - 30 tahun. Dilaksanakan untuk mengisi waktu senggang, jadi dapat dilaksanakan kapan saja bila mau dengan jumlah pemain 2 orang. Permainan dapat dilakukan di atas tanah, lantai, kertas, atau papan dengan membuat garis-garis permainan. Masing-masing pemain menyiapkan biji buah sebanyak 6 biji, jadi bila pemainnya 2 orang maka jumlah bijinya 12 biji terdiri dari 2 jenis warna.
Sebelum permainan dimulai, lebih dulu diadakan suit untuk menentukan siapa yang berhak lebih dulu menggeser buahnya. Setelah itu pemain dengan bebas menggeser buahnya dari titik lain ke tempat yang kosong. Buah yang dapat dilangkahi berarti mati dan dapat diambil oleh yang melangkahi. Setiap buah yang dianggap mati, diambil dan dikeluarkan dari garis permainan. Pemain yang kalah, apabila buahnya habis lebih dahulu.
Bobot adalah sejenis permainan anak-anak Rejang Lebong yang mencari kayu bakar beramai-ramai sepulang sekolah menggunakan Bobot. Bobot ini terbuat dari 2 batang kayu dengan panjang sekitar 150 cm (dapat digenggam jemari anak), kemudian di bagian bawahnya sekitar 100 cm dipalangkan kayu yang sama dengan ukuran panjang sekitar 50—75 cm. Gunanya adalah untuk tempat menarik kayu yang sudah diikat dengan rotan atau tali akar.
Cabur atau Totor-Gala adalah nama suatu permainan dari daerah Bengkulu. Permainan ini dilakukan pada malam terang bulan atau pada bulan Puasa, sesudah berbuka puasa menunggu beduk teraweh berbunyi dan sesudah makan sahur.
Umumnya permainan cabur atau totor gala dimainkan oleh anak laki-laki berusia 10 tahun – 16 tahun. Jumlah pemainnya tidak terbatas hanya disesuaikan dengan kondisi lapangnya. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah sebuah lapangan yang datar dan bersih dan kapur tulis untuk menggambar garis-garis dan kotak tempat bermain.
Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dihitung jumlah pesertanya untuk menentukan jumlah garis yang akan dibuat kemudian jumlah pemain dibagi 2 kelompok dan diundi untuk menentukan siapa saja yang menang, dan yang kalah masuk ke dalam garis.
Bila aba-aba sudah dimulai, maka pemain yang menang akan menyerbu dipimpin oleh kepala regunya untuk masuk garis. Tiap garis dijaga oleh seorang anak dan berusaha memukul seorang penyerbu yang berusaha memasuki garis. Penjaga garis tidak boleh keluar garis, di tengah-tengah ada garis membujur namanya garis gala, penjaga garis gala dapat berlari sepanjang garis ini. Apabila seorang pemain dapat melewati sebuah garis, dia berteriak cabur. Apabila salah seorang dapat dipukul oleh penjaga garis maka bertukarlah giliran pemain penjaga garis semula menjadi penyerbu. Akan tetapi bila salah seorang dari regu penyerbu dapat keluar dari semua garis penghalang maka dia akan memberi tanda walaupun ada di antara teman-temannya yang masih berada di dalam kotak garis mereka semua boleh keluar tanpa dipukul.
Permainan Ceu Cet ini hampir mirip dengan permainan petak umpet. Ceu Cet adalah permainan melompat-lompat dari satu kota ke kotak lainnya. Bentuk permainannya adalah melompat ke kotak-kotak yang sudah dibuat dengan garis di tanah. Sebelum pemainnya melompat ke setiap kotak yang tersedia, si pemain harus melemparkan sebuah batu berbentuk ceper ke masing-masing kotak yang ada. Jika lemparan batu mengenai garis, maka dianggap dis dan akan dilanjutkan dengan pemain yang lainnya. Demikian seterusnya.
Begitu juga kalau kakinya waktu melompat dari satu kotak ke kotak lain mengenai garis, iapun dianggap dis. Jumlah pemainnya tidak terbatas dan tidak menggunakan waktu.
Perbedaan utama sepak raga dengan sepak takraw terletak pada penggunaan jaring (net) yang ditemui pada sepak takraw, tetapi tidak dipakai pada sepak raga.
Pada zaman dahulu permainan sepak raga dilakukan oleh para pemuda di kampung-kampung pada sore hari untuk mengisi waktu luang dan sebagai sarana hiburan. Tidak ada penilaian yang baku pada permainan ini, karena permainan ini tidak dipertandingkan. Yang ada hanya penilaian pada kemahiran pemain dalam memainkan bola supaya tidak jatuh ke tanah.
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.
9. Dadu Kunca
Dadu kunca adalah bahasa daerah Suku Bangsa Serawai, yang artinya permainan dadu dengan cara digoncangkan. Permainan ini dilakukan minimal oleh 2 orang. Banyaknya pelaku permainan tidak terbatas, atau bisa saja mencapai IO atau belasan orang. Semakin banyak pelakunya, permainan akan bertambah asik dan biasanya waktu permainan akan lama.
- Tiga buah dadu yang serupa. Dadu ini terbuat dari tanduk kerbau atau kayu yang keras, misalnya kayu besi.
- 1 buah panci tempat cuci tangan dan satu buah piring yang ukuran
- agak besar. Panci dan piring ini, sebagai alat untuk memainkan dadu.
- Satu lembar kain kasar (belacu) berukuran 40 Cm x 100 Cm, kain ini bisa ditukar dengan kertas yang tebal (kertas karton). Di atas kain tersebut dibuat 6 buah petak yang sejajar dan di dalam petak tersebut dibuat lingkaran-lingkaran kecil dan tersusun seperti mata dadu.
Dadu Kunca termasuk jenis permainan judi, karena itu dilarang untuk diselenggarakan. Sehingga sekarang ini Dadu Kunca tidak terlihat lagi diselenggarakan masyarakat.
Permainan Eket Pun Pisang (Eket=rakit, Pun=batang/pohon, Pisang=pisang) artrinya Rakit Pohon Pisang. Permainan ini dilakukan anak-anak Rejang di Lebong di Bio Tik (kali/sungai kecil) yang ada di sekitar dusun mereka atau di sekitar Danau tes. Kadang kala mereka melakukan perlombaan, siapa yang cepat sampai di tempat tujuan yang sudah ditentukan. Eket Pun Pisang dibuat dari beberapa batang pisang yang dipotong dengan ukuran panjang yang sama.
Kemudian batang-batang pisang itu ditusuk dengan kayu atau bambu dengan tujuan agar batang-batang pisang itu menyatu. Ada pula yang menambahkan ikatan tali, agar rakitnya itu kuat. Eket Pun Pisang, sering juga digunakan untuk menyeberangi Bioa Ketawen (Air Ketahun), karena keterbatasan jumlah perahu yang ada. Kalau pun ada, biasanya yang punya tidak mau meminjamkan kepada anak-anak yang suka bermain di air. Permainan ini sangat terkenal di Kotadonok, Tes, Turung Tiging, Turan Lalang, Talangratu, Tapus, Talangbaru dan Tanjung.
Gasiang, Gasing (atau juga disebut Gangsing) adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib. Di Bengkulu juga terdapat beberapa jenis gasing yang terkenal, umumnya terbuat dari kayu.
- Gasing Kayu, Dibuat dari bahan kayu yang keras, umpamanya dari kayu petai cina, rukam, kemining, jeruk dan lain-lain. Bentuk gasing yang dimainkan berbentuk guci kecil atau menyerupai buah bengkuang. Pada bagian atas diberi kepala untuk melilitkan tali pemutar gasing, pada bagian bawah ditancapkan paku atau besi runcing sebagai taji untuk melukai atau merusak keseimbangan gasing lawan.
- Gasing Paku Berindu, Terbuat dari buah paku bindu (biji pakis) dan bilah bambu, warna kuning muda. Teknik membuat dengan cara diraut, dikorek dan dilubangi, dengan menggunakan pisau untuk mengupas dan meraut buah paku bindu dan lidi untuk mencukil isi buah. Dimainkan dilantai rumah dengan cara diputar dengan tangan.
- Gasing Buah Parah, Terbuat dari buah parah (biji karet), bilah bambu dan benang, warna coklat tua dan kuning muda. Teknik membuat dengan cara diraut dan dikorek, dengan menggunakan pisau untuk meraut bilah dan melubangi biji buah parah, lidi sebagai alat mengeluarkan isi/biji buah parah dan melubangi bilah baling-baling dengan besi panas. Dimainkan dengan cara menggulung benang terlebih dahulu, kemudian sekali ditarik sekali dilempar.
- Gasing Bambu, Terbuat dari bambu dan tali, warna kuning muda, merah hijau, orange dan merah. Teknik buat dengan menggunakan gergaji untuk memotong bambu, pisau untuk meraut bilah dan besi panas untuk melubangi bilah. Dimainkan dengan cara diputar menggunakan tali.
- Gasing Pinang, Terbuat dari buah pinang dan lidi bambu, warna coklat tua dan kuning muda. Teknik buat dengan menggunakan pisau untuk mengupas buah pinang dan meraut lidi bambu dan palu untuk memukul lidi bambu untuk ditancapkan pada pinang. Dimainkan dengan cara diputar dengan tangan.
- Gasing Aluminium, Terbuat dari logam aluminium dan benang, warna putih. Dibuat dengan menggunakan paku untuk melubangi lempengan aluminium, palu sebagai alat pemukul supaya rata, gunting sebagai pemotong dan batu asahan untuk menajamkan mata gasing.
lngkau adalah nama permainan dalam bahasa Bengkulu yang artinya Sepatu-bambu. Di daerah lain Ingkau disebut dengan egrang, jajangkungan.
Permainan Ingkau (Engkrang) adalah sejenis permainan tradisional yang dilaksanakan dengan berjalan di atas 2 potong bambu. Permainan ini berasal dari daerah Bengkulu, biasanya dimainkan di halaman rumah atau lapangan terbuka, dilaksanakan pada siang hari akan tetapi akan lebih baik dilakukan di malam hari. Permainan ini biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki yang berusia antara 8 tahun - 20 tahun, dilakukan secara perorangan ataupun beregu. Tujuan dari permainan ini untuk memupuk rasa keberanian anak dan melatih keseimbangan badan.
Dalam membuat alat untuk permainan Ingkau (Engkrang) ini harus dipersiapkan 2 potong bambu, yang ukurannya sama sebesar pergelangan tangan. Panjang bambu diperkirakan 4 sampai 8 ruas untuk satu orang. Selanjutnya bambu pertama di atas ruas pertama dilubangi, diberi papan sepanjang tapak kaki untuk tempat berpijak, begitu juga untuk bambu kedua. Cara bermain Ingkau (Engkrang) pegang ujung bambu bagian atas dengan kedua tangan, angkat kaki kanan letakkan di atas papan, selanjutnya kaki kiri dan baru melangkah ke arah yang sudah ditentukan.
Jika diperlombakan atau pemain yang baik, siapa yang lebih dulu sampai di finish dan tidak pernah jatuh, dialah yang dianggap sebagai pemenangnya. Permainan Ingkau bila dilaksanakan pada malam hari, para pemainnya dilengkapi dengan kuting niugh (mayang kelapa yang sudah mati). Cara memakainya, mayang ini diselipkan di antara sela jari, di kuping atau digigit, dan ujungnya diberi api. Adapun tujuan dari mayang yang ujungnya diberi api hanya untuk menakut-nakuti layaknya seperti hantu.
Permainan ini dinamakan kepala babi, karena rotan pendek yang dipukul dan dilempar. Di daerah lain permainan ini disebut Patil lele, Patok Lele, atau Gatrik.
Pesertanya anak-laki-laki yang berumur 10 sampai 15 tahun. Jumlah jumlah pemain lima atau enam orang dan boleh juga beregu. Peralatan yang digunakan terdiri dari dua potong rotan sebesar ibu jari kaki yang satu (pemukul) panjangnya 40 Cm dan yang satunya lagi (anak) sepanjang 15 Cm. Satu lubang ditanah lebarnya 20 Cm dan dalamnya ± 15 Cm.
Para pemain membuat kesepakatan sebelum permainan dimulai misalnya satu kali permainan (game set) nilai angka 3500, nilai satu pukulan, penjaga dapat menangkap rotan dan menghitung jarak nilainya 100. Permainan ini mempunyai 4 tahap :
- Mencungkil (mencongkel).
- Plang.
- Kepala babi.
- Menjual dendeng.
Misal, 4 orang pemain. Mula-mula melakukan slit dahulu untuk menentukan giliran main. Siapa yang dapat giliran pertama main, yang giliran keempat menjaga. Yang nomor dua main, yang nomor satu menjaga dan yang nomor tiga main, yang nomor dua menjaga, serta bila yang nomor empat main, maka yang nomor tiga menjaga.
Mencungkil - Anak (rotan pendek) ditaruh melintang diatas lubang. Dengan pemukul (rotan panjang) anak tadi dicongkel dan ditolak sejauh-jauhnya. Yang menjaga berusaha menangkap kembali melemparkan kembali kepada si pemain.
Plang - Anak (rotan pendek) dan pemukul (rotan panjang) pada satu tangan. Anak dilambungkan ke atas, pemukul cepat memukulnya dan berusaha memukulnya sejauh mungkin. lni dilakukan agar penjaga susah untuk menangkapnya dan apabila jauh agar menyulitkan penjaga melempar menuju lubang. Sebab apabila anak dapat dilempar menuju lubang, pemain mati. Kemudian sampai kemana lemparan penjaga, pemain akan menghitung jaraknya memakai pemukul atau dihitung dari lubang. Tiap satu kali pemukul nilainya 100. ltulah sebabnya pemain berusaha melempar/memukul anaknya sejauh mungkin.
Kepala Babi - Anak diletakkan tegak di atas lubang. Pemain memukul anak dan bila anak sedang melenting, dipukul kembali dengan pemukul. Bila pukulan
pertama belum kena, boleh dengan pukulan kedua asal anak masih diudara atau belum jatuh ke tanah. Pemain berusaha memukul sejauh-jauhnya. Pukulan ini tidak dikembalikan oleh penjaga. Jarak yang dipukul oleh pemain atau dimana anak tadi jatuh, itulah yang dihitung dan cara menghitungnya dari lubang. Apabila anak tadi tidak terpukul atau tidak terkena oleh pemain, pemain mati. Tiap giliran diulang dari permulaan. Akhirnya bila pemain satu persatu sudah sampai ke game, atau dijanjikan 3.500 nilai, si pemain boleh menunggu. Yang giliran ketiga dan keempat saja meneruskan permainan. Berusaha menjadi pemenang, sebab siapa yang kalah akan mencilok dendeng (mencuri dendeng).
Mencilok dendeng (Mencuri dendeng) - Pemain pertama meletakkan anak atau rotan pendek melintang di atas lubang. Mencongkel dengan pemukul sejauh mungkin. Pemain yang kalah ini akan mengambilnya. Rotan itu ditaruhnya di sebelah kaki, misalnya kaki kiri. Kaki ini tidak boleh diletakkan atau menyinggung tanah. Jadi dengan kaki sebelah, dia melompat-lompat diiringi oleh sorak dan sorai serta ucapan celok-dendeng, celok dendeng dan kawan-kawan menuju kelobang. Kemudian giliran pemenang kedua pula berbuat seperti pemenang pertama tadi, seterusnya pemenang ketiga demikian pula.
Yang kalah tiga kali terpaksa mundar mandir diiringi sorak sorai dan ucapan cilok dendeng, cilok dendeng, cilok dendeng.
Permainan kucing rabun adalah permainan menebak nama teman oleh orang yang menjadi kucing rabun yang matanya ditutup dengan kain.
Permainan kucing rabun sering dilakukan pada saat ada perayaan-perayaan pernikahan dan pada sore hari pada saat anak-anak pulang sekolah. Tempat melakukan permainan ini adalah di halaman rumah dan lapangan terbuka. Peserta permainan kucing rabun adalah anak laki-laki atau anak perempuan ataupun campuran keduanya yang berusia antara 6 tahun – 13 tahun dengan jumlah minimal 3 orang.
Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dibuat lingkaran dengan ukuran jari-jari 1,5 m – 2 m kain penutup mata warna hitam berukuran 50 x 100 cm. Untuk menentukan siapa yang pertama kali menjadi kucing rabun lebih dulu diadakan ansum atau suit.
Pemain yang menjadi kucing rabun, matanya ditutup oleh pemain yang lain dengan kain berwarna hitam yang dikaitkan pada bagian belakang kepala. Setelah matanya ditutup, kucing rabun menjauh dari tempat tersebut dan pemain yang lain siap untuk dicari.
Apabila seorang pemain tertangkap dia tidak boleh lari, kucing rabun boleh menggerayangi pemain yang tertangkap dengan tujuan untuk mengenalinya, dan untuk selanjutnya kucing rabun menyebutkan nama orang yang tertangkap tersebut.
Jika tebakannya benar maka orang yang tertangkap itu akan menjadi kucing rabun dan kucing rabun sebelumnya akan menjadi pemain. Demikian juga halnya bila seorang pemain menginjak garis lingkaran, maka orang tersebut harus menjadi kucing rabun dan kucing rabun sebelumnya terlepas dari tugasnya.
Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan. Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional dari Indonesia. Layang-layang sering dimainkan oleh anak-anak di tanah lapang. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa dan orang tua juga ikut bermain layang-layang. Setiap daerah memiliki keunikan atau ciri khas tentang layang-layang.
Beberapa layang-layang yang dikenal di Bengkulu adalah layang-layang berbentuk Burung, Kupu-kupu, Lipan atau Kelabang, Kapal Laut, jenis layang-layang dengung, layang-layang beranak, dan Ikan.
Luko Gilo dimainkan oleh 8 orang yang duduk. Satu orang memegang alat tangkap bubu, satu lagi memegang jalinan lidi kelapa yang dipukul ke sebuah triplik berukuran kecil dan menghasilkan bebunyian.
Si pemukul tersebut selain memukulkan lidi kelapa ke triplek menghasilkan bunyi tampak bernyanyi dengan bahasa "suku lembak delapan". Saat triplek dipukul menghasilkan bunyi, alat tangkap ikan tersebut akan bergerak seperti menari melompat-lompat, seperti ada sesuatu yang tak terlihat mata menggerakkan bubu itu melompat-lompat.
Nganjur adalah nama sejenis permainan dari daerah Provinsi Bengkulu, yang artinya adalah mengadu ayam dengan mencari ayam-ayam yang lepas di Kampung-Kampung.
Pencak adalah nama salah satu jenis permainan rakyat daerah Provinsi Bengkulu, pencak boleh juga disebut Pecak. Permainan ini diiringi oleh Kelenengan atau Gamelan. Tetapi kalau pemainnya tidak memerlukan.
PENUTUP
Bengkulu Tengah, sebuah daerah di Sumatra, memiliki banyak tradisi dan budaya yang unik dan kaya. Salah satu cara untuk memperkenalkan dan memelihara budaya tersebut adalah melalui acara permainan daerah. Acara ini tidak hanya menjadi sarana hiburan bagi masyarakat, tetapi juga membantu meningkatkan kerjasama dan keakraban antar warga.
Permainan daerah yang diadakan di Bengkulu Tengah menampilkan berbagai jenis permainan tradisional, seperti bakiak, gasing, congkak, dan sebagainya. Para peserta datang dari berbagai desa dan kelurahan untuk bersaing dan memperlihatkan keahlian mereka dalam berbagai permainan tersebut.
Acara permainan daerah di Bengkulu Tengah juga menampilkan tarian tradisional dan musik, yang membuat atmosfer semakin meriah dan menyenangkan. Banyak warga yang turut serta dalam menari dan bernyanyi, sehingga menciptakan suasana yang sangat harmonis dan menyenangkan.
Keberlangsungan acara permainan daerah di Bengkulu Tengah tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah, panitia, dan sponsor. Mereka bekerja sama untuk memastikan bahwa acara berlangsung dengan lancar dan sukses. Keterlibatan masyarakat yang aktif juga membantu dalam hal ini, karena mereka turut serta dalam mempersiapkan dan mempromosikan acara.
Melalui acara permainan daerah, masyarakat di Bengkulu Tengah dapat memperkuat ikatan dan keakraban antar warga. Ini juga membantu menjaga tradisi dan budaya lokal, karena permainan tradisional yang dipertontonkan tetap dipertahankan dan diteruskan dari generasi ke generasi.
Secara keseluruhan, acara permainan daerah di Bengkulu Tengah merupakan sarana yang sangat baik untuk mempromosikan budaya dan mempererat ikatan antar warga. Kami berharap acara seperti ini dapat terus dilaksanakan dan menjadi momentum bagi perkembangan olahraga dan rekreasi di daerah ini.
Comments
Post a Comment